Sorotan24.com, Jakarta – Apresiasi karya dalam bentuk fisik kerap menjadi sesuatu yang berharga bagi seorang musisi. Apalagi dalam era digital seperti sekarang ini, rilisan dalam bentuk piringan hitam merupakan salah satu bentuk rilisan fisik tertua dan termahal. Terdapat beberapa musisi Indonesia yang sudah merilis piringan hitam, dengan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Begitupun dengan Fariz RM, solois yang bermusik sejak era pra digital, 1977, butuh waktu lama untuk bisa merilis album dalam bentuk piringan hitam. Ia baru berhasil merilis piringan hitam album Sakura beberapa pekan lalu.
“Enggak disangka, piringan hitam tersebut luar biasa laku. Itu impian 40 tahun yang menjadi kenyataan, buat aku sangat luar biasa mengetahui di luar sana banyak orang yang mencari piringan hitam itu,” kata Fariz saat jumpa media virtual beberapa waktu lalu.
Sakura sendiri merupakan album solo kedua Fariz yang dirilis pada 1980 silam. Banyak orang yang mengira Sakura album perdana Fariz, padahal album perdananya adalah Selangkah ke Seberang (1979).
Pembuatan album ini bermula ketika Fariz terlibat dalam film Sakura dalam Pelukan (1979) untuk membuat ilustrasi musik. Naskah film jadi landasan Fariz dalam menggarap lirik lagu Sakura.
Seiring menjalani karier bermusik, Sakura menjadi album paling hit milik Fariz dan masih dikenal sampai sekarang. Lagu-lagu yang ada dalam album itu juga masih sering diputar pada berbagai tempat dan kesempatan.