Vaksin AstraZeneca dan Sinovac merupakan vaksin yang cukup populer terdengar di Indonesia. Pemerintah menggunakan kedua vaksin tersebut dalam program vaksinasi massal untuk memutus rantai penularan covid-19.
Vaksin Sinovac sendiri berasal dari Cina, sedangkan vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang berasal dari Inggris dan telah dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi, Oxford University.
Kedua vaksin tersebut sama-sama disimpan dengan suhu sedang dan sudah diuji secara klinis dengan baik serta tingkat penanganannya. Lalu, apa perbedaan yang siginifikan terhadap kedua vaksin tersebut? Oleh karena itu simak ulasan dibawah ini
Teknologi Vaksin
Vaksin Sinovac sendiri menerapkan teknologi inactivated virus berlandaskan konsep virus yang dimatikan terlebih dahulu dengan tingkat kemanjuran yang cukup tinggi. Metode ini terbukti manjur dengan penggunaannya pada flu dan polio.
Sedangkan vaksin AstraZeneca tidak menggunakan sample virus Corona yang dimatikan. Vaksin ini menggunakan vektor adenovirus simpanse dengan mengambil virus yang dapat menginfeksi simpanse lalu dimodifikasi genetik untuk memicu respons imun. Vaksin vektor adenovirus dapat dikatakan memiliki pengembangan lama dari kasus malaria, HIV, dan Ebola.
Efek Samping Vaksin
Vaksin Sinovac
Sekretaris Eksekutif Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Dr dr Julitasari Sundoro, MSc-PH, mengatakan bahwa efek samping vaksin Sinovac tidak begitu berbahaya.
Efek samping tersebut berupa efek samping lokal atas nyeri di tempat suntikan serta reaksi sistematik berupa pegal-pegal dan disusul demam ringan dikarenakan vaksin yang tiba adalah vaksin inactived.
Vaksin AstraZeneca
Dikutip dari laman GOV.UK, sebagian besar efek samping yang dihasilkan dari vaksin AstraZeneca masih dalam kategori ringan-sedang. Di antaranya sebagai berikut.
Hal umum yang terjadi adalah sebagai berikut :
- Nyeri, gatal, dan rasa panas di area suntikan
- Merasa tidak enak badan
- Menggigil atau demam
- Sakit kepala
- Mual
- Nyeri sendi atau nyeri otot.
Umum (memengaruhi 1 dari 10 orang)
- Bengkak, kemerahan, dan benjolan di area suntikan
- Demam
- Muntah atau diare
- Radang tenggorokan
- Pilek atau batuk
- Menggigil.
Jarang (memengaruhi 1 dari 100 orang)
-
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut
- Kelenjar getah bening membesar
- Keringat berlebih
- Kulit gatal atau ruam.
Baca Juga : Jangan Abaikan Kandungan dan Manfaat Daun Singkong Berikut Ini
Usia penerima vaksin
Vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac melakukan uji klinis terhadap dua kelompok yakni usia 18 sampai 59 tahun serta lansia. Vaksin Sinovac dianggap memiliki tingkat keefektivan serta keamanan untuk usia lansia dengan rentang 28 hari penyuntikan antara dosis pertama dan kedua
Vaksin AstraZeneca
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) memaparkan bahwa vaksin AstraZeneca dapat digunakan pada usia 18 tahun ke atas dengan interval dosis 4-8 minggu atau 8-12 minggu, namun pelaksaan secara operasional dilakukan 8 minggu.
Follow Us :
Instagram