Sorotan24.com, Indonesia – Hajar aswad adalah sebuah batu dengan tinggi sekitar 1,10 meter di sisi selatan Ka’bah di Mekkah. Warna hajar aswad tersebut tampak berwarna hitam kemerahan, berdasarkan foto yang diunggah oleh pemerintah Arab Saudi pada tahun 2021.
Menurut Hadits dan Kitab Syaraf al-Mushthafa, hajar aswad disebutkan sebagai salah satu batu putih cerah yang keluar dari surga. Dari Ibnu `Abbas RA, Rasulullah SAW mengatakan alasan menghitamnya tersebut karena dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia.
نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ
Artinya: “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih bahkan lebih putih daripada susu pada awalnya. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam,” (HR At Tirmidzi).
Baca Juga : Seorang Pria Ini Menjadi Penduduk Surga, Siapakah Ia?
Keutamaan dari Hajar Aswad
Karena warna putih cerah yang dipantulkan dari hajar aswad, batu ini dikatakan turun ke Bumi seperti bintang karena cahayanya yang bersinar. Abdullah bin Amr pernah mendengar Rasulullah berkata tentang terangnya hajar aswad ketika pertama kali mendarat di Bumi.
“Sesungguhnya rukun (Hajar Aswad), dan Maqam Ibrahim adalah dua buah jenis permata yaqut dari jenis yaqut yang berada di surga. Allah menghapus sinar keduanya. Kalau tidak dihapus cahayanya tentulah keduanya akan menyinari antara timur dan barat,” (HR At Tirmidzi)
Di samping itu, mengutip buku Manfaat Haji & Umrah oleh Bahar Azwar, Rasulullah SAW pernah bercerita kepada istrinya, Aisyah RA, saat melakukan thawaf. Cahaya hajar aswad tertutupi atas izin Allah SWT karena asal usulnya yang berasal dari surga.
Sementara para pendosa dan pelaku maksiat di muka bumi disebut tidak layak menyaksikan sesuatu yang berasal dari surga. Untuk itulah, hajar aswad yang dikenal saat ini cenderung berwarna hitam kemerah-merahan.
“Wahai Aisyah, seandainya batu ini tidak dilumuri oleh kotoran-kotoran jahiliah, aku akan gunakan untuk mengobati segala macam penyakit dan akan aku dapati sebagaimana waktu diturunkan Allah. Sesungguhnya Hajar Aswad adalah sebuah permata yaqut yang datang dari surga. Tetapi Allah mengubah karena kemaksiatan para durjana dan para penguasa, karena, mereka tidak layak memandang sesuatu dari surga,” (HR Al Azraqi).
Sebagai Titik Acuan untuk Thawaf
Hajar Aswad juga penting untuk pelaksanaan haji dan umrah ke Mekkah. Posisi tersebut digunakan sebagai titik acuan untuk memulai dan mengakhiri Thawaf.
Mengutip Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kemenag, memegang, meletakkan jidat, atau mencium hajar aswad termasuk dalam sunnah-sunnah thawaf. Kesunnahan tersebut didasarkan pada hadits dari Abdullah bin Umar RA. Beliau menceritakan kebiasaan Rasulullah SAW saat melakukan thawaf,
لَمْ أَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَلِمُ مِنَ الْبَيْتِ إِلَّا الرُّكْنَيْنِ الْيَمَانِيَّيْنِ
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW beristilam (menyentuh) Rukun Yamani dan Hajar Aswad setiap kali beliau thawaf,” (HR Muttafaq ‘alaih).
Namun, semua umat Islam harus ingat bahwa menyentuh atau mencium batu hajar aswad saat thawaf harus dihindari dari niat kesirikan menyekutukan Allah SWT. Seperti yang dikatakan Umar bin Khattab RA, itu hanyalah bentuk ketaatan terhadap sunnah Rasulullah SAW.