Sorotan24.com, Jakarta – Hidayat Nur Wahid selaku Wakil Ketua MPR RI
menegaskan bahwa, dengan memakmurkan masjid maka radikalisme dapat dicegah dan juga dihilangkan. Maka dari itu, menurut Hidayat masjid perlu dimakmurkan oleh anak-anak muda yang memiliki pengetahuan islam sehingga mewujudkan islam yang rahmatan lil alamin.
Seperti dilansir dari detik.com, “Dengan memakmurkan masjid melalui pengelolaan yang baik maka masjid bukan menjadi klaster terorisme dan radikalisme. Tetapi masjid menjadi tempat terwujudnya Islam yang rahmatan lil alamin. Kalau sudah rahmatan lil alamin tidak mungkin menjadi radikal,” ungkap Hidayat Nur Wahid
Hidayat juga turut menceritakan pengalamannya ketika masih menjadi Ketua MPR bersama tokoh Islam dunia lainnya. Ketika itu, Hidayat pernah mengunjungi China. Pada saat itu sudah muncul isu masjid menjadi tempat tumbuhnya paham radikalisme karena anak-anak muda di masjid.
Hidayat pun menyampaikan ke pihak China, jika pihak China ingin menghilangkan radikalisme dari anak-anak muda maka jangan larang anak-anak muda untuk datang ke masjid.
Seperti yang juga dilansir dari detik.com, “Sebab kalau anak-anak muda datang ke masjid maka mereka akan bertemu, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan jamaah lainnya mendengarkan nasihat-nasihat yang baik. Tapi kalau masjid ditutup akhirnya anak-anak muda mencari pertemuan di tempat yang lain, tempat yang tertutup dan eksklusif. Anak-anak muda malah bertemu dengan mereka yang membuatnya menjadi radikal,” ungkap Hidayat.
Sebab itulah, Hidayat Nur Wahid menolak pernyataan bahwa radikalisme timbul dari masjid yang bermula dari anak-anak muda yang mempunyai kemampuan pengetahuan Al Qur’an dan bahasa Arab kemudian menebarkan radikalisme.
Seperti yang juga dilansir dari detik.com, “Masjid bukanlah tempat penyampaian radikalisme. Justru kalau ingin radikalisme diberantas maka masjid perlu dimakmurkan dengan orang-orang yang mempunyai pengetahuan Al Qur’an. Kalau mereka bertakwa pastilah tidak radikalis,” tandas Hidayat Nur Wahid.
Terkait Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika), lanjut Hidayat, merupakan warisan jihad dan ijtihad dan hadiah dari peran serta para kiai dan ulama baik dari Ormas Islam maupun dari partai Islam. Hidayat Nur Wahid pun menyebutkan beberapa tokoh terkait seperti KH Wahid Hasyim dari NU, KH Mas Mansyur dari Muhammadiyah, KH Abdul Halim dari PUI, dan lainnya.
Seperti yang juga dilansir dari detik.com, “Para tokoh ini, baik dari NU, Muhammadiyah, PUI, Persis, Al Khairiyah, Partai-partai Islam, pastilah orang yang aktif di masjid, bukan sekadar jamaah, tetapi menjadi khatib dan orang yang memakmurkan masjid. Dengan kecintaan pada Indonesia, para tokoh ini menyelamatkan Indonesia dari Belanda dan dari paham komunisme. Inilah Indonesia sekarang yang diwarisi oleh mereka,” jelas Hidayat Nur Wahid.
Hidayat kembali menjelaskan bahwa para tokoh Islam tersebut terlibat dalam memerdekan Indonesia dan membahas dasar negara Indonesia merdeka hingga bentuk Pancasila dalam UUD NRI Tahun 1945. Tak hanya itu, Hidayat juga memberikan contoh lima sila Pancasila yang akrab dengan orang masjid atau aktivis masjid. Seperti Ketuhanan yang Maha Esa yang identik dengan persatuan.
Seperti yang juga dilansir dari detik.com, “Memahami dengan baik tentang Pancasila melalui pendekatan peran serta ulama dalam sejarah kebangsaan Indonesia perlu disegarkan terus menerus dalam sosialisasi Empat Pilar. Dengan cara itu maka ketika kita memakmurkan masjid, kita mempunyai pegangan bahwa para tokoh Islam masuk ahli sunnah wal jamaah memperjuangkan dan mempertahankan Indonesia merdeka,” pungkas Hidayat.