Inilah Perbedaan Swab Antigen, Rapid Test, dan Test PCR

Sorotan24.com, Indonesia – Untuk mendeteksi keberadaan virus Corona atau COVID-19 di tubuh seseorang dapat diketahui dengan berbagai tes seperti Swab antigen, rapid test, dan juga test PCR. Namun, sebelum melakukan tes setiap orang harus mengetahui perbedaan dari ketiga jenis tes atau uji COVID-19 tersebut.

Dan, inilah penjelasan secara singkat mengenai perbedaan dari ketiga jenis tes atau uji COVID-19 :

 

  • Swab antigen

Swab antigen merupakan penerapan uji COVID-19 dengan pengambilan sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Sampel diambil dengan cara swab test atau tes usap sehingga pelaksanaan swab antigen ini mirip dengan pelaksanaan tes PCR.

Seperti dilansir dari detik.com, swab antigen bertujuan untuk mencari protein yang terdapat di permukaan virus. Cara kerja swab antigen ini berbeda dengan PCR test yang mencari material genetik pada virus corona penyebab COVID-19.

Mekanisme swab antigen tidak terlalu berat karena dengan bahan kimia yang lebih sedikit dibandingkan dengan test PCR. Hasil swab antigen pun lebih cepat untuk bisa diketahui dibandingkan tes PCR, namun menurut Dr Aneesh Mehta hasilnya tidak terlalu sensitif.

Pimpinan layanan penyakit infeksi Emory University Hospital di Atlanta mengatakan bahwa swab antigen berisiko memberi hasil false negative dan false positive. Risiko muncul jika reagen salah mengenali protein COVID-19 atau sama sekali melewatkannya.

Menurut Dr Mehta, dokter akan menyarankan pasien tetap melakukan tes PCR usai swab antigen. Terlebih untuk pasien yang hasilnya negatif namun menunjukkan gejala atau berisiko terpapar COVID-19.

  • Rapid test

Rapid test biasanya biasa dilakukan lewat pengambilan sampel darah dari tubuh pasien. Perlengkapan rapid test akan mengenali protein antibodi dalam sampel tersebut.

Antibodi merupakan protein yang dibentuk sebagai bentuk perlindungan tubuh saat terinfeksi virus corona atau patogen lain. Artinya, rapid test sebaiknya diterapkan pada yang pernah terinfeksi.

Akurasi rapid test berisiko tidak akurat bila dilakukan kepada orang atau pasien yang belum pernah terinfeksi virus Corona. Apalagi setiap orang memberikan respon antibodi yang berbeda-beda saat terinfeksi.

Tak hanya itu, menurut Dr Mehta, antibodi yang terdeteksi sebetulnya untuk virus corona secara umum bukan spesifik COVID-19. Para ahli tidak dapat memastikan sampai kapan antibodi tersebut bisa melindungi masyarakat.

 

  • Test PCR

PCR atau Polymerase Chain Reaction merupakan mekanisme membaca kode genetik pada sampel untuk mengetahui keberadaan COVID-19. Test PCR merujuk pada Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

Test PCR dilakukan dengan swab atau usap untuk mengambil sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganggap bahwa test PCR merupakan gold standard uji COVID-19.

Mekanisme test PCR sendiri ialah dengan menggunakan sampel RNA COVID-19 yang disalin balik untuk membentuk pasangan DNA. Salinan diperbanyak dengan PCR hingga terbentuk banyak rantai DNA, yang biasanya perlu waktu 6 jam hingga dua hari.

Test PCR memang memberikan hasil paling akurat meski memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu, tes PCR hanya bisa dilakukan oleh tenaga medis yang sudah terlatih karena penggunaan teknologi dan berbagai reagen.

Leave a Reply

Your email address will not be published.