Sorotan24.com, Kerentanan yang tidak ditambal adalah salah satu titik masuk utama serangan siber. Serangan pada infrastruktur meningkat, dan tim TI berjuang untuk mengikuti berbagai masalah baru yang ditemukan. Oleh karena itu, patch manajemen harus menjadi fokus utama bagi tim TI dan keamanan untuk tetap menjaga dari serangan.
Linux bertanggung jawab atas sebagian besar infrastruktur cloud publik, sekitar 90 persen menurut Laporan Pengembangan Kernel Linux 2017 oleh Linux Foundation. Ini juga mendukung 82 persen smartphone dunia dan sembilan dari sepuluh cloud publik teratas. Linux juga memiliki reputasi keamanan yang baik, terutama jika dibandingkan dengan sistem operasi lain.
Namun, serentetan kerentanan serius terkait Linux baru-baru ini telah menunjukkan bahwa Linux perlu dikelola sama seperti kumpulan aset TI lainnya.
Memahami Proses Patch Manajemen
Perangkat lunak itu kompleks, masalah seperti cacat desain atau kesalahan pemrograman akan muncul secara alami, dan kekurangan ini berpotensi menyebabkan masalah keamanan. Namun hal yang penting adalah bahwa kerentanan ini terlihat dan ditangani dengan cepat, sebelum akhirnya dieksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
Perusahaan perangkat lunak berpemilik memiliki kendali penuh atas proses pembaruan mereka. Pendekatan yang paling dikenal adalah rilis Patch Tuesday bulanan di seluruh industri oleh orang-orang seperti Microsoft dan Adobe.
Untuk Linux, prosesnya sangat berbeda. Karena Linux adalah open source, masalah dapat ditemukan oleh anggota komunitas dan pembaruan dikeluarkan kapan saja. Prosesnya dikoordinasikan sehingga semua yang terpengaruh dari distribusi sumber terbuka terbesar yang dijalankan oleh vendor global hingga versi yang lebih kecil yang dijalankan oleh tim komunitas dan dapat menambahkan pembaruan ke versi mereka.
Baca Juga : Kini Nintendo Switch Bisa Unduh Patch Game Walau Memori Sudah Penuh
Pentingnya Linux
Penting untuk tidak berpuas diri dengan Linux dan keamanan. Pertama, banyaknya distribusi dan varian yang didukung oleh Linux berarti bahwa satu masalah dapat menyebabkan beberapa set tambalan yang harus digunakan, satu untuk setiap distribusi atau aset yang digunakan.
Ini bisa menjadi sangat kompleks untuk diikuti. Sangat mudah untuk melihat bagaimana tim dapat tertinggal, sebagai hasilnya terutama jika ada asumsi bahwa Linux lebih aman. Bisa dibilang fitur pemenang dari Linux mengatakan secara fakta bahwa itu open source dan juga merupakan tantangan terbesarnya.
Ketika kerentanan menjadi pengetahuan publik, kerentanan terbuka untuk dilihat semua orang, dan bukti kode konsep sering dibuat untuk menunjukkan masalah. Sementara ini membantu mereka yang bertanggung jawab untuk komunitas Linux dan memberi mereka wawasan tentang masalah, data ini juga dapat digunakan untuk mencari cara lain untuk mengeksploitasi kerentanan asli.
Jika organisasi yang menjalankan Linux tidak memperbarui manajemen patch mereka, penyerang akan lebih mudah mencoba eksploitasi berdasarkan contoh eksploitasi tersebut.
Tantangan Proses Patching Linux
Untuk mengelola patching Linux secara efektif, ada tiga elemen yang harus bekerja bersama satu sama lain. Proses pertama untuk memperbaikinya adalah membangun inventaris aset TI yang akurat yang dapat melacak perangkat keras, sistem operasi, dan perangkat lunak, serta layanan lainnya. Ini harus memberikan daftar lengkap tentang apa yang ada dan status aset saat ini.
Setelah anda mengkonfirmasi ini, anda dapat melihat kerentanan apa yang ada dan patch apa yang harus diinstal. Dengan begitu banyak masalah baru yang ditemukan, tidak mungkin untuk menambal semuanya dengan segera.
Sebagai gantinya anda dapat memprioritaskan masalah apa yang paling mendesak untuk diterapkan baik karena yang paling berisiko, paling luas, atau paling berbahaya. Ini akan tergantung pada perusahaan anda, apa yang ada, dan selera risiko perusahaan.
Follow Us :
Instagram | Facebook
