Yuk Ketahui Sejarah Mengenai Sa’i di Bukit Shafa dan Marwah

bukit shafa-1

Sorotan24.com, Indonesia – Salah satu rangkaian ibadah haji adalah sa`i. Sejarah sa’i atau lari-lari kecil di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah sebanyak tujuh kali ini bermula dari kisah Siti Hajar, ibunda Nabi Ismail AS.

Dalam Qashash Al-Anbiyaa’ (Kisah Para Nabi) yang ditulis oleh Imam Ibnu Katsir dan diterjemahkan Saefulloh MS, diceritakan Siti Hajar dan Ismail AS hijrah dari Palestina ke Mekkah atas perintah Allah SWT melalui Nabi Ibrahim AS.

Hijrah sudah berlangsung sejak kelahiran Ismail AS. Keduanya hidup di tengah gurun yang tandus dan kering. Sulit untuk menemukan tanaman dan air mengalir di daerah ini. Selain itu, hanya ada mereka berdua, tidak ada siapapun disana.

Syahruddin El-Fikri dalam buku Sejarah Ibadah menceritakan, suatu ketika, Siti Hajar sedang mencari air untuk Ismail AS yang kehausan. Siti Hajar menempatkan bayi Ismail di tanah kering, yang sekarang menjadi sumur Zamzam.

Dia meninggalkan Ismail, dan pergi ke Gunung Shafa, dan lari ke Gunung Marwah. Dia melakukan ini tujuh kali tetapi tidak dapat menemukan air sama sekali. Akhirnya pun ia merasa kelelahan dan memutuskan untuk kemudian kembali menemui Ismail.

Betapa kagetnya Siti Hajar ketika menemukan sumber air di kaki putranya, kemudian ia mensyukuri karunia dari Allah SWT.

Dari upaya Siti Hajar dalam mencari air dengan berlari-lari kecil di antara dua bukit tersebut kemudian ibadah sa’i disyariatkan.

 

Baca Juga : Ketahui Mengenai Sejarah Hajar Aswad, Batu yang Dimuliakan Oleh Allah

 

Kisah Sa’i di Shafa dan Marwah pada Zaman Jahiliah

bukit shafa-2
(Sumber : freepik.com)

Masih dari sumber yang sama, sebelum Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT, manusia pada zaman jahiliyah juga pernah melakukan sa’i. Tapi mereka hanya melakukan sa’i untuk ritual.

Pada zaman itu, terdapat dua buah berhala, satu di Shafa (Isaf) dan satunya di Marwah (Nailah). Orang-orang zaman Jahiliah mengerjakan sa’i untuk menghormati kedua berhala tersebut.

Berhala-berhala itu dihancurkan ketika Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Nabi dan Rasul. Kemudian, umat Islam diperintahkan untuk melakukan haji ke Mekkah dan sa’i, tetapi kaum muslimin sempat enggan melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah.

Kemudian, turunlah ayat QS. Al-Baqarah ayat 158 sebagai berikut:

۞ اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ ١٥٨

Artinya: “Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 158).

Rasulullah SAW kemudian mewajibkan jemaah haji untuk melakukan tujuh Sa’i antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah.

 

Follow Us
Instagram
 | Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published.