Apa Itu Khulafaur Rasyidin? Simak Pengertian dan Kisahnya Disini

khulafaur rasyidin-1

Sorotan24.com, Indonesia – Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632M atau 11H, ada empat orang sahabat Rasulullah SAW, yang kemudian dikenal dengan nama Khulafaur Rasyidin. Siapakah Khulafaur Rasyidin?

 

Baca Juga : Sahabat Nabi Abu Bakar Ash-Shiddiq yang Setia, Simak Kisahnya

 

Pengertian

khulafaur rasyidin-2
(Sumber : SejarahOne.id)

Dikutip dari laman resmi Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, pengertian khulafaur rasyidin (الخلفاء الراشدون) atau khalifah ar-rasyidin merupakan empat khalifah yang dipercaya umat Islam untuk penerus kepemimpinan Nabi Muhammad SAW setelah meninggal.

Khulafaur Rasyidin ini dapat diartikan secara harfiah sebagai para pemimpin yang mendapatkan petunjuk. Empat sahabat Rasul yang termasuk dalam khulafaur rasyidin adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Penjelasan tentang khulafaur rasyidin ini juga dapat ditemukan dalam firman Allah QS. At Taubah ayat 100:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At Taubah: 100)

Di antara empat sahabat Rasulullah adalah mereka yang sejak awal mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW. Keempat khalifah juga dipilih melalui musyawarah dengan umat Islam.

Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin merupakan masa yang penting dalam perjalanan Islam. Menurut buku Sejarah Hukum Islam karya Dr. Fauzi, S.Ag., M.A., periode ini dianggap sebagai periode pertama pembentukkan fiqih Islam.

Apalagi setelah Hukum Syariat disempurnakan di zaman Rasulullah SAW, lalu pindah ke zaman para sahabat di mana mereka harus memikul tanggung jawab mencari sumber-sumber syariat. Hal ini diperlukan untuk menjawab perkembangan zaman yang tidak ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Keempat khulafaur rasyidin ini telah berhasil menyebarkan syiar Islam di seluruh Jazirah Arab, menyelamatkan Islam dan meletakkan dasar bagi kehidupan umatnya.

Kisah Sahabat Nabi yang Mendapat Gelar Khulafaur Rasyidin

khulafaur rasyidin-3
(Sumber : wawasankoe.blogspot.com)

1. Abu Bakar Ash Shiddiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama lengkap Abdullah bin Utsman (Abu Qahafah) bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’d bin Tamim bin Murrah bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Tamimi al-Quraisyi dan lahir di Mekkah pada tahun 572 M.

Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berlangsung selama 2 tahun 3 bulan, seperti yang dikutip melalui buku Kisah Hidup Abu Bakar al-Shiddiq. Ia merupakan seorang khalifah pertama dan menjadi satu-satunya yang disebut sahabat Rasulullah oleh Allah SWT dalam QS. At Taubah ayat 40.

Selain ucapan dan tindakannya yang jujur, Abu Bakar juga selalu mengakui dan membenarkan Nabi Muhammad SAW saat diangkat menjadi Nabi. Oleh karena itu, ia selalu memiliki gelar setelah namanya, Ash-Siddiq. Ini berarti jujur dan benar.

2. Umar bin Khattab

Umar bin Khattab lahir di Mekkah pada 582 M dan menjadi khalifah pada tahun 634 M menggantikan Abu Bakar. Ia bernama lengkap Umar bin Khattab bin Ady bin Abd al-‘Uzza bin Riyakh bin Abdullah bin Qorth bin Razakh bin Ka’ab bin Ady bin Luay bin Ghalib al-Qurasyi al-Adwi.

Rasulullah SAW memberinya julukan Al-Faruq (sang pembeda) atau berarti sebagai orang yang mampu membedakan antara yang haq (kebenaran) dan yang bathil (kesesatan). Selain itu, Umar juga menjadi orang pertama yang digelari dengan Amir al-Mu’minin (pemimpin orang beriman).

Dalam sebuah cerita yang ditulis oleh Mustafa Murrad, mantan istri Umar bin Khattab berbicara tentang ibadah Umar yang tidak lupa akan waktu.

Umar bin Khattab juga kerap kali terjaga di malam dan siang hari untuk beribadah dan juga berpuasa demi hajat rakyatnya, seperti yang dikisahkan oleh Mu`awiyah bin Khudayj, jenderal dari suku Kindah.

3. Utsman bin Affan

Utsman bin Affan lahir pada enam tahun setelah Tahun Gajah, tepatnya pada 579 M di Thaif, daerah subur kawasan Hijaz, sebuah wilayah di sebelah barat laut Arab Saudi. Hal inilah yang membuat usianya 6 tahun lebih muda dibandingkan dengan Rasulullah SAW.

Dikutip melalui buku Abdul Syukur Al-Azizi dengan judul Utsman bin Affan RA, Utsman bin Affan terlahir dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan berpengaruh dari Suku Quraisy silsilah Bani Umaiyah.

Meskipun ia memiliki karir yang kaya, Utsman menyerahkan semua kesenangan dan kemewahan hidupnya untuk memenuhi tanggung jawab dakwahnya, yang melelahkan, penuh risiko, menguras tenaga dan pikiran.

Ia tak segan-segan membagi rezekinya secara cuma-cuma untuk kebutuhan dalam perang dan kebutuhan masyarakat umum.

Dikisahkan dari Ibn Syihab Al-Zuhri, seorang ulama ahli hadits, mengatakan, “Utsman mempersiapkan Jaisyul Usrah (pasukan sulit) saat Perang Tabuk dengan 940 ekor unta dan 60 ekor kuda, sehingga sempurna berjumlah 1.000.”

Salah seorang sahabat Rasulullah, Hudzaifah pun bercerita bahwa Utsman datang kepada Rasul sambil membawa 10.000 dinar (kira-kira Rp 483 juta) yang diserahkan dengan kedua tangannya.

5. Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thaib bin Abdul Muththalib bin Hasyim lahir di Mekkah pada tanggal 13 Rajab pada tahun ke-32 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang menyebutkan jika beliau dilahirkan pada 21 tahun sebelum hijriah.

Pada masa kecil, Raslullah SAW mengasuh, mendidik dan mengajar Ali Bin Abi Thalib. Kasih sayang dan kemuliaan Rasulullah SAW yang membentuk karakternya saat dewasa.

Melansir dari buku Kisah Hidup Ali Ibn Abi Thalib karya Mustafa Murrad, Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyatnya. Ia pun suka berkeliling sekadar untuk menantikan siapa pun yang menghampirinya guna meminta bantuan atau bertanya padanya

Ia berkeliling pasar untuk berdakwah dan mengingatkan orang agar melakukan transaksi jual beli yang baik dan bertakwa kepada Allah SWT.

Sebagaimana yang dikisahkan oleh penulis Zaidan, Ali bin Abi Thalib memiliki kebiasaan berjalan ke pasar seorang diri. Biasanya ia menasihati orang yang tersesat, menunjukkan arah kepada orang yang kehilangan, menolong orang yang lemah, hingga menasihati para pedagang dan penjual sayur.

 

Follow Us
Instagram
 | Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published.