Guru SD di Samarinda Usir Siswanya Karena Tak Ikut PJJ Setahun dan Tak Punya Seragam

Guru SD Di Samarinda Usir Siswanya Gara-Gara Tak Ikut PJJ Setahun Dan Tak Punya Seragam

Dilansir dari Detik.com, Samarinda –  Guru di SD 002 Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), mengusir seorang siswi berinisial MF (10) yang hendak mengikuti ujian. Siswi tersebut diusir lantaran tidak mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pembelajaran tatap muka (PTM) karena tak memiliki handphone (HP) dan seragam sekolah.

 

Penjelasan Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC-PPA)

Rina Zainun menjelaskan, persoalan tersebut sudah mendapat atensi dari Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda. Dan saat ini pihaknya sedang berusaha mediasi dengan pihak sekolah.

“Anak ini disuruh pulang oleh gurunya dengan nada tidak enak, karena dia tidak ikut pembelajaran selama setahun. Penyebabnya tak punya handphone dan seragam sekolah,” ujarnya, Jumat (3/6/2022).

Tak hanya itu, kata dia, ketika anak tersebut diusir dari sekolah sejumlah murid dalam kelas ikut melakukan perundungan. Dia di lempar kertas dan buku. Tindakan inilah yang membuat TRC-PPA berang.

 

TRC-PPA Kaltim Berikan Informasi

Mendapat informasi tersebut kemudian membantu melakukan mediasi. Apalagi MF merupakan anak yatim yang ibunya meninggal sejak MF berusia 3 tahun. Sedangkan ayah kandungnya tengah mendekam di penjara.

“Anak ini dirawat oleh tantenya, dan keluarganya orang tidak mampu, tidak bisa membelikan handphone dan seragam untuk mengikuti pembelajaran sekolah,” terangnya.

Selanjutnya pada Kamis (2/6) Tim TRC-PPA Kaltim bersama wali siswa mendatangi sekolah untuk menanyakan permasalahan MF ke pihak sekolah. Pihak guru kemudian mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

“Iya kita sudah mediasi ke sekolah, soal siswi ini sudah ada titik temu dan guru yang bersangkutan sudah mengakuinya. Tapi usai mediasi sempat ada keributan, seorang guru mempermasalahkan adanya kami sebagai anggota relawan dan sejumlah wartawan,” tutur Rina.

“Guru yang bersangkutan juga sudah meminta maaf, tapi di sini yang kita permasalahan pihak sekolah tidak melakukan konfirmasi kepada muridnya yang tidak hadir ikut pembelajaran, hanya menanyakan melalui teman kelas melalui pesan WhatsApp, tanpa datang sendiri ke rumah adik kita ini,” sambungnya.

Sementara itu, Rina mengungkapkan sampai hari ini MF mengalami trauma. Siswi kelas 4 SD itu bahkan disebut tidak ingin bersekolah lagi.

“Ke depan kita mau mencarikan sekolah lain untuk adik kita ini, karena saat ini keadaannya masih trauma usai mendapatkan perlakuan oleh guru dan teman-temannya,” bebernya.

Baca Juga: Profil Haryadi Suyuti Eks Walikota Yogyakarta yang Ditangkap KPK

 

Kadisdik Kota Samarinda Konfirmasi

Dikonfirmasi terpisah, Kadisdik Kota Samarinda Asli Nuryadin mengatakan pihaknya telah memanggil kepala sekolah dan guru yang melakukan pengusiran terhadap MF.

“Saya sudah memanggil kepala sekolah dan guru-guru, dan telah mendengarkan cerita mereka, artinya kita mengoreksi diri, dan tidak ada salahnya kita minta maaf,” sebutnya.

Pihaknya pun berjanji akan memfasilitasi MF untuk dapat mengikuti proses belajar mengajar seperti biasanya.

“Saya sendiri sudah mendengar kondisi anak ini, dengan kondisi ini sudah seharusnya kita urus, dan tidak menghambat proses belajarnya, dan kami siap memfasilitasi seperti semula,” ungkapnya.

Asli berharap, peristiwa tersebut tidak kembali terjadi di sekolah-sekolah lain di Samarinda. Dan meminta guru-guru pengajar untuk dapat menjaga emosional kepada muridnya.

“Saya sendiri sebagai kepala dinas kalau menjadi guru melakukan salah atau khilaf, ya minta maaf lah, dan jangan emosional menghadapi murid-muridnya,” pungkasnya.

Follow Us
Instagram
 | Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published.