Sorotan24.com, Indonesia – Ada sebuah cerita tentang seorang pemuda saleh yang tidak bisa dikuburkan karena banyak orang yang menghadiri pemakamannya. Dia bahkan meninggal dalam keadaan memeluk Al-Quran. Kisah tersebut diceritakan oleh Imam Ibnul Jauzi dalam ‘Uyun Al-Hikayat Min Qashash Ash-Shalihin wa Nawadir Az-Zahidin (ed terjemahan: 500 Orang Saleh Penuh Hikmah).
Dikisahkan, Abu Abdillah, seorang muazin Bani Haram bertetangga dengan seorang pemuda. Setiap kali ia melakukan adzan untuk sholat dan melantunkan ikamah, pemuda tersebut sudah berada tepat di belakangnya. Ketika ia sholat, pemuda itu pun ikut sholat. Setelah itu, pemuda tersebut memakai sandalnya dan masuk ke rumah.
“Saya berharap dia berbicara kepadaku atau meminta suatu keperluan kepadaku,” ucap Abu Abdillah.
Pada suatu hari, pemuda tersebut berkata kepada Abu Abdillah, “Wahai Abu Abdillah, apakah engkau mempunyai mushaf yang bisa saya pinjam, agar saya bisa membacanya?”
Abu Abdillah pun mengeluarkan mushaf Al-Qur’an dan memberikannya kepada pemuda itu. Pemuda itu lalu memeluk Al-Quran itu ke dadanya. Kemudian dia berkata, “Semoga hari ini menjadi hari yang sangat penting bagiku dan bagimu.”
Siapakah Pemuda yang Memeluk Al-Quran Tersebut?
Setelah kejadian itu, Abu Abdillah tidak pernah bertemu dengan pemuda itu lagi. Pemuda itu bahkan tidak keluar rumah, dan demikian saat shalat Magrib dan Isya.
Usai shalat Isya, Abu Abdillah pergi ke rumah tempat tinggal pemuda itu. Di sana ia menemukan ember dan alat pembersih diri. Dia juga melihat seorang pemuda meninggal saat Mushaf berada di dadanya.
Dia kemudian mengambil Mushaf dari kamar pemuda itu dan meminta orang-orang di sekitarnya untuk membantunya mengangkatnya ke tempat tidur.
“Pada malam hari itu saya berpikir siapa yang bisa saya ajak bicara untuk memakaikannya kain kafan. Saat akan tiba waktu Subuh, saya pun ke masjid untuk melantunkan adzan Subuh, lalu setelah itu sholat sunnah. Ketika itu saya melihat ada cahaya di arah kiblat. Saya pun mendekat. Ternyata itu adalah kain kafan yang terlipat, di arah kiblat. Saya pun mengambilnya dan mengucapkan Alhamdulillah,” kata Abu Abdillah.
Baca Juga : Inilah Sejarah Dibalik Nama Sholat Jumat Untuk Laki-Laki Beserta Dalilnya
Setelah itu, Abu Abdillah membawa jenazah pemuda saleh itu ke rumahnya dan ia kembali ke masjid. Kemudian selepas sholat Subuh, tepatnya saat salam menengok ke kanan, ia mendapati Tsabit Al-Bunani, Malik bin Dinar, Habih Al-Farisi, dan Shalih Al-Murri di sebelah kanannya.
Ia pun bertanya kepada mereka, “Wahai saudara-saudaraku, apa yang membuat kalian datang kemari?” Mereka menjawab, “Apakah ada seseorang yang meninggal semalam, di sekitar tempat ini?” Ia menjawab, “Iya. Ada seorang pemuda yang meninggal malam ini, yang biasa sholat bersamaku.”
Mereka berkata, “Perlihatkanlah dia kepada kami.” Begitu mereka masuk melihat jenazahnya, kata Abu Abdillah, Malik bin Dinar membuka penutup muka jenazah pemuda itu kemudian mencium dahinya di bagian yang biasa ia gunakan untuk sujud.
Setelah itu, Malik bin Dinar berkata, “Demi ayahku, engkau wahai Hajjaj, sering kali jika dikenal di suatu tempat, engkau pindah ke tempat lain yang tidak mengenalmu. Bawalah dia untuk dimandikan.”
Abu Abdillah melihat masing-masing dari mereka membawa kain kafan seraya berkata, “Saya yang akan mengafaninya.” Ketika mereka saling berebut, Abu Abdillah kemudian berkata, “Saya tadi malam berpikir tentang siapa yang bisa saya minta tolong untuk mengafaninya. Kemudian ketika subuh saya datang ke masjid untuk adzan, lalu sholat sunnah. Saat itulah saya melihat ada kain kafan yang terbungkus rapi. Saya tidak tahu siapa yang meletakkannya?”
Mendengar hal itu, mereka berkata, “Jika begitu, kafankanlah dia dengan kain kafan itu.” Akhirnya pemuda tersebut dikafani dan dikeluarkan untuk dimakamkan.
Menurut Abu Abdillah, dia hampir tidak bisa membawa jenazah seorang pemuda saleh itu ke kuburan. Karena begitu banyak orang yang menghadiri pemakamannya.