Sorotan24.com, Indonesia – Learning loss atau hilang pengetahuan merupakan salah satu akibat dari pandemi Covid-19 bagi siswa karena minimnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dan hambatan yang dihadapi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Saat menggunakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), tidak jarang siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang ditawarkan, namun kendala lain yang sering dirasakan adalah koneksi internet yang buruk dapat memperlambat proses pembelajaran sehingga membuat siswa kurang fokus. Project Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek dianggap bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan pelajar. Termasuk pula keterampilan dalam hal literasi maupun bahasa.
Baca Juga : KIP Dapat Digunakan untuk Kuliah S1 di Unpad
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pusat Studi Liternasi Universitas Negeri Surabaya, Prof Dr Kisyani, MHum, yang menyampaikan dalam webinar Pembelajar Berbasis Proyek untuk Atasi Learning Loss yang dilaksanakan melalui virtual pada Selasa (17/5/2022).
“Pembelajaran berbasis proyek mengembangkan keterampilan berpikir dan kreativitas” kata Prof Kisyani dalam webinar tersebut. Ia juga sekaligus menyampaikan keunggulan mengenai Project Based Learning ini.
“Kelebihan pembelajaran berbasis proyek atau Project Based-Learning dapat meningkatkan motivasi siswa untuk tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa metode pembelajaran ini menyenangkan” jelasnya.
Kelebihan lainnya dalam Project Based Learning ini adalah dapat meningkatkan kemampuan pelajar dalam memecahkan masalah, meningkatkan keterampilan mengelola sumber belajar, meningkatkan kolaborasi, serta mampu mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
“Pembelajaran berbasis proyek juga meningkatkan keterampilan mengelola sumber dan praktik dalam mengorganisasi proyek” lanjutnya.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Proyek
Selain berbagai keunggulan yang ada, terdapat pula kekurangan dalam Projec Based Learning ini. Salah satu kekurangannya yaitu membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk, membutuhkan biaya yang cukup besar, serta membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar.
“Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan memadai. Metode ini juga tidak sesuai untun peserta didik yang mudah menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan, dan kesulitan melibatkan semua peserta didik dalam kerja kelompok” sambungnya.
